Fir'aun memiliki searang pegawai yang dipercaya bernama Hazaqil. Hazaqil amat taat dan beriman kepada Allah SWT. Ia adalah suami Siti Masyitoh, yang bekerja sebagai juru masak istana, Masyitoh juga sama-sama taat kepada Allah. Hanya saja, mereka merahasiakan ketaatan mereka terhadap Allah dari Fir'aun. Hal ini menyangkut kehati-hatian juga keselamatan diri dan iman mereka.
Suatu kali, terjadi perdebatan hebat antara Fir'aun dan Hazaqil. Mereka berdebat mengenai dijatuhkannya hukuman mati terhadap ahli sihir yang menyatakan keimanannya atas ajaran
Nabi Musa a.s. Hazaqil menentang keras hukuman tersebut.
Mendengar penentangan Hazaqil, Fir'aun pun marah hingga akhirnya tahu bahwa sebenarnya Hazaqil beriman kepada Allah SWT. Fir'aun memberi hukuman mati kepada Hazaqil. Hazaqil menerimanya dengan tabah, tanpa merasa gentar sedikit pun sebab ia yakin dirinya benar.
Hazaqil mengembuskan napas terakhir dalam keadaan terikat pada pohon kurma. Tubuhnya dipenuhi tembusan anak panah. Masyitoh sangat sedih atas kematian suami yang amat dicintainya itu. Tak ada lagi tempat mengadu selain kepada anak-anaknya yang masih kecil.
Suatu hari, ia mengadukan nasibnya kepada Siti Asiyah. Satu hal yang tak disangka adalah, Siti Asiyah juga sama-sama menyembunyikan ketaatannya pada Allah dari Fir'aun.
Pada suatu hari, saat Masyitoh sedang menyisir rambut anak Fir'aun, tanpa sengaja sisirnya terjatuh ke lantai. Tak sengaja pula saat mengambit kembali sisir itu, ia berucap,"Dengan nama Allah binasalah Fir'aun."
Kabar ini pun sampai di telinga Fir'aun. Akhirnya, Masyitoh pun dipanggil untuk menghadap. "Apa betul kamu telah mengucapkan kata-kata penghinaan kepadaku, sebagaimana penuturan anakku. Siapakah Tuhan yang kamu sembah selama ini?" kata Firaun.
"Betul, wahai raja yang lalim. Allah adalah Tuhanku. Dan tiada Tuhan selain Allah. Dia adalah Tuhan penguasa seluruh alam dan isinya," jawab Masyitoh dengan berani.
Fir'aun pun murka sehingga ia memerintahkan pengawalnya untuk memanaskan minyak dalam
kuali besar. Saat minyak mendidih, orang ramai pun dipanggil untuk menyaksikan hukuman yang akan dijatuhkan kepada Masyitoh.
Di hadapan banyak orang Masyitoh diberi kesempatan memilih, mengakui Fir'aun sebagai tuhan dengan begitu ia akan selamat. Pilihan kedua adalah tetap pada pendiriannya dengan hukuman akan dimasukkan ke dalam kuali mendidih bersama kedua anaknya.
Masyitoh tetap pada pendirian untuk tetap taat pada Allah, la pun membawa kedua anaknya menuju ke atas kuali, la sempat ragu saat memandang anaknya yang berada dalam pelukan sedang asyik menyusu. Atas seijin Allah, anak yang menyusu itu dapat berkata,
"Jangan takut akan hukuman wahai ibuku karena kematian akan mendapat ganjaran dari Allah. Pintu surga menanti kedatangan kita."
Mendengar ucapan itu, akhirnya Masyitoh dan anak-anaknya terjun ke dalam kuali berisi minyak panas. Tanpa tangis. Tanpa takut, dan tak keluar jeritan. Keanehan pun terjadi, tiba-tiba tercium wangi semerbak harum dari kuali yang berisi minyak mendidih itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar