Latest News

Minggu, 24 April 2016

Berikut Ini Sebuah Kesaksian Suster Heather Sehingga Ia Menjadi Muslim



Aku   dibesarkan di sebuah kota kecil di daerah Texas yang disebut Childress. Aku  dan keluarga Aku  tidak pergi ke gereja, kami  bersama-sama sembahyang di rumah. Aku  mulai pergi ke gereja Kristen ketika Aku  masih di sekolah menengah untuk kegiatan pemuda. Dicampur dengan bersosialisasi, Aku  belajar tentang Yesus dan Allah. Aku  percaya keduanya, tapi benar-benar tidak berpikir banyak tentang agama.

Di usia Aku  yang ke 20, rekan kerja Aku  mengundang Aku  ke gereja Katolik-nya. Massa yang tenang adalah menghibur bagi Aku  dan Aku  mulai menghadirinya secara teratur. Aku terkesan pada Bunda Maria dan Aku   merasa bisa berhubungan baik dengannya. Dia sangat kuat dalam melalui semua cobaan hidup yang menimpanya. Aku  memeluk katolik selama lebih dari 20 tahun, menjadi penceramah dan sebagai pengajar kelas pendidikan agama.

Suster Heather Menjadi Muslim
Suster Heather Menjadi Muslim


Aku  juga harus berjuang sendiri  selama ini. Termasuk ketika suamiku  meninggalkan aku  setelah tujuh tahun menikah. Aku  kehilangan rumahku , mobilku , asuransi dan tabunganku . Aku  pergi  dan mengadukan ke pendeta serta  menangis.  Setelah mendengar apa yang Aku ceritakan, dia ingin tahu seberapa cepat aku  akan mendapatkan perceraian  karena  proses melalui gereja adalah langkah berikutnya dan ia menyebut harga untuk proses ini.  Dalam keadaan goyah, aku   bahkan tidak bisa berpikir tentang itu. Aku  diberitahu bahwa aku  atau anak yang baru lahir tidak bisa mengambil langkah lain dalam iman kita sampai ini selesai.  Aku merasa seperti  benar-benar hidup sendirian.

Aku  bekerja sebagai administrator di sebuah pusat perawatan anak dan suatu hari, direkturku  memintaku  untuk memberikan tur keluarga.  Aku  bertanya mengapa bukan dia dan dia bilang dia tidak bisa. Aku  melihat seorang wanita dan suaminya. Wanita itu mengenakan cadar di wajahnya.  Aku bertanya apa ada masalah dan dia berkata, "Aku  tidak tahu apa yang terjadi di bawah sana."  Aku   begitu marah dengan pernyataan ini! Aku   berkata, "IT'S A PERSON!  Seorang ibu, seperti Anda dan Aku !"   Setelah tur keluarga itu, kami berdiskusi tentang hal itu. Dia melemparkan banyak stereotip tentang Muslim.  Aku  akan mencari tahu sendiri tentang pendapatnya itu.  Kemudian Akhir pekan itu Aku  pergi ke toko buku dan membeli salinan Al-Qur'an dan mulai membaca. Semua tidak kumengerti, tapi  aku tidak melihat apapun yang menjadi pembenaran tentang stereotip  seorang muslim.
Aku selesai membaca Al-Quran setelah beberapa bulan. Aku  telah membuktikannya , dan Aku  telah membuka pikiranku  untuk cara ibadah yang berbeda, cara hidup yang berbeda. Aku   tidak akan membiarkan siapa pun membuat komentar negatif tentang Muslim.  Aku  mulai berbicara sebagai layaknya seorang Muslim yang Aku  tahu. Mereka berasal dari berbagai negara, tetapi mereka semua memiliki cara yang damai.  Mereka semua baik, murah hati, tulus, penuh kasih, sabar dan bahagia. Aku  menyadari bahwa benang merah kehidupan adalah Islam. Aku  mulai membaca tentang Islam secara online. Selama ini, tidak ada yang mendorong Aku  untuk berpindah agama. Aku  punya tetangga yang sangat baik, bernama, Sultan.  Putrinya dan anakku sama-sama di sekolah yang sama.  Aku  berbagi Islam dengannya  dan Aku  menjawab semua pertanyaan mengenai Amerika, Texas dan Inggris.  Aku akan mengunjungi  rumah mereka. Aku  menikmati kunjungan tersebut!  Ketika mereka memiliki anak ketiga, Wessan, Aku  diundang ke rumah sakit.
Suatu hari, Aku   melihat dia di pasar dan tiba-tiba berkata, "Aku  dan istriku khawatir tentang Anda. Kami khawatir tentang jiwa Anda. Anda harus menjadi seorang Muslim."

Aku  terkejut karena sampai saat itu, Aku  baru belajar tentang Islam. Aku tersimpan ide yang jauh dalam pikiranku . Kemudian, Aku  bertemu pasangan muslim lainnya bernama Ali dan Waad. Mereka begitu baik padaku  . Ketika itu aku melihat Waad dengan jilbabnya, dia tampak seperti  Bunda Maria.  Bunda Maria adalah dari Timur Tengah dan dia masih sangat muda pada saat terjadi keajaiban pada dirinya. Melihat Waad yang manis dan tersenyum lembut, aku   seakan melihat Bunda Maria. Mereka mengundangku  ke rumah mereka dan sekali lagi, Aku  melihat sebuah keluarga seperti yang lain lainnya, merawat satu sama lain, membesarkan anak dan memuji Allah.  Aku  merasakan hal yang sangat bertentangan tentang penggambaran media tentang Muslim dan apa yang telah aku  lihat secara nyata.

Aku  mulai bergabung dengan halaman Islam di Facebook dan menerima teman-teman  supaya aku   bisa bertanya pada mereka. Aku  tidak lagi memikirkan lagi tentang stereotip muslim, karena aku  tidak pernah melihatnya. Semua orang yang Aku  tanya mengatakan pada dasarnya hal yang sama, "Anda dipersilahkan masuk dalam Islam dan Islam itu mudah."


Aku  sedang mencari sesuatu dalam hidupku , tentang kedamaian. Aku  tidak senang dengan pekerjaanku , teman-temanku  dan diriku  sendiri. Aku  ganti pekerjaan dan kembali  mengajar.  Direktur baruku adalah seorang Kristen yang taat.  Akupun   pindah ke apartemen baru dan Aku   mulai menjauhkan diri dari teman-teman yang negatif.  Hal yang sedang kucari dan Aku  mulai merasa lebih baik tentang hidupku . Aku  merasa hebat karena Aku  merasa seperti  telah membuat semua perubahan hidup ini sendiri. Aku  harus memperhatikan tanggung jawabku , dan kadang-kadang membuat diriku secara fisik sakit dan khawatir. Tapi, sekali lagi, Aku  percaya Aku  telah membaik dengan sendirinya tanpa bantuan siapa pun. Aku  tidak menyadari hal itu, tapi perjalanan tidak lebih dari Allah punya rencana.

Sabtu, 23 April 2016

Subhanallah, Inilah Beberapa Rahasia Sang Bocah 'Ajaib' yang Hafal 30 Juz Alquran Itu. Mari Kita Sama-sama Mencobanya!!


Ruangan itu terang benderang disiram cahaya lampu. Seorang remaja bergegas turun dari bangku dan meninggalkan panggung. Seorang juri kemudian memanggil "Musa Laudi Abu Hanafi min Indonesia... "

Seorang bocah langsung menuju panggung. Saat melihat Musa, bocah kecil itu, seorang panitia menghampiri dan menuntunnya dengan dua tangan, seolah takut bocah itu terjatuh.

Tampil di depan deretan para juri yang alim, Wajah Musa tampak tegang. Dia menoleh ke belakang melihat ke arah deretan tamu. Seketika itu pula senyumnya mengembang.
Ia ambil kertas di meja dan diserahkan kepada juri. Sang panitia menuntunnya menuju kursi peserta lomba hafalan Quran tingkat dunia yang digelar di Jeddah, 2014 lalu.
Kaki kursi itu masih lebih besar dibanding kaki Musa, dimana usianya masih belum genap 6 tahun. Belum juga tenang duduknya dia melirik kembali ke arah tamu mencari-cari seseorang.

Rupanya dia masih mendapatkan bahwa ayahnya berada diantara deretan tamu. Sang ayah segera bergeser mencari tempat duduk agar ia bisa terlihat langsung dari tempat Musa duduk. "ketika itu tempat duduknya terhalangi dekorasi panggung, oleh sebab itu  saya bergeser, " sebutan Hanafi, ayah Musa yang mengenang peristiwa itu.

Berdasarkan kertas yang didapat, juri membacakan sebuah penggalan ayat dari Kitab Suci Al Quran..., kemudian berhenti untuk dilanjutkan oleh peserta. Musa diminta melanjutkan. Bocah itu melanjutkan dengan suara cadelnya dengan lancar. Kembali juri membacakan surat lainnya. Kali ini Musa pun bisa melanjutkan tanpa kesulitan.

Tidak cuma 2 kali, beberapa surat untuk juz yang berbeda nyatanya bisa dilewati dengan tenang oleh Musa. Juripun terkagum-kagum. Sedangkan penonton terlihat tersenyum manggut-manggut meresapi lantuan ayat-ayat Alquran yang sedang dibacakan Musa. Juri tidak ragu lagi. Bocah yang berasal dari Bangka Belitung, Indonesia tersebut dapat dipastikan hafal 30 juz Al Quran tanpa terkecuali.

Dari sekitar 60 meter di depan panggung, ayah Musa yang pekerjaannya menjadi petani, sangat terlihat tegang saat melihat penampilan putra sulungnya itu.

"Saat dipanggil maju memang terlihat gugup. Sebab ia tidak bisa jauh dari saya. Ketika dituntun panitia ke panggung, ia selalu menengok melihat saya. Jadi saya berusaha agar terlihat oleh dia seterusnya. Agar dia merasa tenang. Alhamdulillah, ia dapat menyelesaikan hafalan dengan baik, " kata Hanafi menceritakan peristiwa yang membanggakan tersebut.

Dewan Juri setuju memberikan nilai istimewa, 90. 83 dari skala angka 100 yang menjadi nilai sempurna. Memang Musa hanya menempati peringkat 12 diantara 25 remaja lain yang menjadi peserta. Menurut juri, Musa kalah dari sisi penilaian makhroj (lafal), karena masih cadel. Tapi dari sisi hafalan, Musa memang menarik perhatian para juri.

Menurut sang ayah, Musa saat tampil sedikit kelelahan, karena ia tetap menjalani shaum Ramadan. Sedangkan peserta lain rata-rata memilih berbuka. " Musa masih mau berpuasa. Jadi kelihatannyaia agak kelelahan,” ujar Hanafi yang juga seorang guru mengaji.

Menurutnya , putranya itu tidak rewel ketikaberada di Jeddah selama 12 hari. Meski sang ibu, Yulianti, tidak turut mendampinginya ke sana. Sebelum berlomba, si sulung dari 3 bersaudara ini terus latihan untuk mengasah kemampuan hafalannya. Cuaca terik tak mengendurkan semangat Musa. Dan hasilnya, sungguh luar biasa!

Kemampuan Musa rupanya 'mempesona' para ulama Negeri tersebut. Mereka sekeluarga diminta untuk tinggal di sana. Namun Hanafi menolaknya. Karena, keluarga Musa lebih betah tinggal di negeri sendiri.

Musa Sang Hafiz Cilik Dan Keluarganya
Musa Sang Hafiz Cilik Dan Keluarganya


Setibanya  ke Tanah Air, kisah Musa kian tersohor. Sebelumnya, ia sudah jadi 'buah bibir' saat mengikuti lomba menghafal Alquran di salah 1 stasiun televisi nasional. Saat itu, ia baru bisa menghafal 29 juz Alquran.

Tapi aksi Musa sungguh sangat memukau. Juri dan penonton banyak yang sampai meneteskan air mata, menangis haru. Bahkan, salah satu juri, Amir Faishol, pakar tafsir Alquran, spontan melangkah menghampiri Musa. Juri tersebut mencium tangan dan kening Musa.
Tidak heran banyak orang semakin penasaran dengan kemampuan bocah yang bercita-cita menjadi penerbang tersebut. Para orangtua bahkan banyak yang berharap anaknya bisa seperti Musa.

Undangan Musa untuk tampil sebagai bintang tamu di berbagai acara keagamaan serta pengajian dating silih berganti. Tak cuma di dalam negeri, tapi juga ke negera tetangga, Malaysia.

"Diundang ke negeri Malaysia seminggu sesudah pulang dari Jeddah. Di sana bertemu seorang hafiz yang sudah dewasa. Mereka kagum melihat langsung kemampuan Musa , karena selama ini mereka cuma bisa melihatnya dari internet saja, " kata Hanafi.

Musa merasa tidak terbebani oleh gelar hafiz yang kini disandang. Sebagaimana layaknya bocah, ia sangat senang manakala disodori mainan. Selalu bergelayutan manja di kaki sang ayah, terlihat malu-malu ketika kebanjiran permintaan foto bersama oleh warga saat menghadiri sebuah acara keagamaan.

Lazimnya seorang bocah, Masa  bermain juga menjadi keperluan yang tak bisa diabaikan. Untuk itu, setiap empat hari, orangtuanya meliburkan pelajaran menghafal Alquran dan memberikan Musa kesempatan bermain seharian.

Saat rehat menghafal, Musa  bermain bersama dua adiknya, Luqman-Hindun serta teman-teman di sekitar rumah. Dari mainan mobil-mobilan, kereta dan bola. Musa sekolah dengan metode homeschooling.

"Sempat saya dengar ada komentar bahwa saya memporsir Musa. Musa seperti putra seumurannya. Ia tetap dikasih waktu untuk bermain dengan asupan gizi cukup. Tapi yang terpenting ia selalu belajar agama, terutama Alquran. “

Surat An Naas Diulang Ratusan Kali

Metoda untuk menjadikan Musa  menjadi hafiz tidak serta merta yang dibayangkan kebanyakan orang. Sejak usia 2 tahun, ia telah mengenal huruf-huruf hijaiyah. Metodenya sangat sederhana. Ayahnya hanya menempel 1 atau 2 huruf hijaiyah di dinding untuk diulang-ulang oleh Musa.

Sesudah Musa hafal, Hanafi mulai memperdengarkan kaset murottal Alquran. Setiap kali, ia menyetel kaset tersebut Musa  terlihat senang. Semangat berkobar untuk menirukan, kata pria 34 tahun itu mengenang.

Tetapi saat beranjak usia 3,5 tahun, Musa sempat merasa bosan. Tak lama berselang layaknya anak seumurannya, ia lebih suka bermain serta suka ngambek.

Musa  yang kala itu masih balita selalu menangis ketika diajak mengaji. Namun apa yang ayahnya lakukan tetap saja memberikan Musa pelajaran menghafal Alquran dengan dibantu oleh penghafal Alquran, Sabilar Rosyad.

Pertama yang diajarkan pada Musa adalah surat An Naas. Lamanya waktu Musa untuk menghafal Qul a'udzu birobbinnaas (ayat pertama surat An Naas) butuh setidaknya satu pekan.

Saat berhasil menghafal ayat kedua, Musa lupa teknik ayat pertamanya, hingga hafalan harus diulang dari awal. Surat An Naas itu mungkin bisa ratusan kali diulang oleh ayahnya.

Metode talqin atau membacakan hafalan hanya dilakukan saat usia dua tahun dan sanggup hafal dua juz 'saja', juz 30 dan 29. Ayahnya mengajari Musa menghafal dari belakang, yakni juz 30 hingga juz 18. Kemudian, dia melanjutkan belajar menghafal mulai dari juz 1.

Di usia 4 tahun, Musa telah pandai membaca Alquran hingga proses hafalan jadi terasa ringan dari sebelumnya. Musa  mulai dapat belajar mandiri. Setiap hari ia bisa menghafal 2,5 lembar (5 halaman) Al’quran untuk kemudian diperdengarkan di depan ayahnya.

Peran sang ibu, Yulianti sangat besar dalam membentuk Musa sebagai penghafal Alquran dan Hadis. Setiap hari Umi Yuli tidak pernah melewatkan waktu untuk mengajar Musa. Padahal, pekerjaan rumah tangga lainnyapun cukup berat namuntetap dijalani oleh sang bunda.

"Istri saya dalam mengajar Musa tidak pernah luput sehari. Bahkan lahirnya Musa tersebut sepulang dari menghadiri sebuah majelis taklim. Itu karena semangatnya pasangan hidup saya dalam mengajar Musa,“ kata Hanafi.

Orangtua Musa bukanlah hafiz. Mereka juga awalnya merasa tidak yakin jika putranya mampu. Namun, tekadnya dan sang istri memantapkan niat untuk menjadikan Musa  menjadi seorang hafiz, karena Musa  memiliki daya ingat yang paling kuat.

"Insya Allah saya dan istri bertekad untuk membesarkan Musa agar tetap konsisten. Agar Musa dapat bermanfaat untuk agama Islam dan umat Islam,“ kata pria berusia 34 tahun tersebut, yang mengharap bila kedua adik Musapun mengikut jejak sang kakak menjadi Hafiz.

Rabu, 20 April 2016

Inilah Beberapa Alasan Mengenai Warna Warna Yang Digemari Rasulullah ï·º. Simaklah !!


Nabi Muhammad ï·º merupakan sosok yang menjadi panutan bagi ummatnya. Beliau memiliki akhlak yang mulia dan berbagai keutamaan dari sifat kenabian.   Sebagai seorang muslim tentu kita ingin menjejaki apapun yang dilakukan dengan Nabi ï·º.

Ada banyak perkara yang bisa kita contoh dari perbuatan Rasulullah. Saat makan, berjalan, berbicara, berumah tangga, termasuk bagaimana Nabi kita berpakaian.  Demikian pula tentunya kita ingin mencontoh beliau dalam sesuatu warna yang sering digunakan oleh Nabi.
Warna Yang disukai Nabi SAW
Ilustrasi Warna WarnaYang Disukai Nabi SAW




Sahabat Annas bin Malik mengatakan,
“Warna yang paling digemari oleh Rasulullah ï·º merupakan warna hijau. "
Namun justru Rasul juga ternyata menggemari warna putih. Ada jua keterangan bahwa Nabi Muhammad ï·ºpernah memakai pakaian berwarna hitam, merah hati, abu-abu dan warna campuran sebagaimana beberapa riwayat berikut ini.

Imam Al - Ghazali dalam Ihya 'Ulumiddin berkata:
" Yang sangat digemari oleh Nabi ï·º ialah warna putih. "

Ibnu Hajjar dalam Tanbih Al Akhbar mengatakan:
" Di dalam hari raya kami disuruh memakai pakaian berwarna hijau karena warna hijau jauh utama. Adapun warna hijau adalah afdhal (lebih utama) dari warna lainnya, sesudah putih. "

Ibnu Ady meriwayatkan dari Jabir ra yang berkata:
" Ana pernah melihat Nabi memakai serban hitam yang dipakainya pada hari raya... "


Al Baihaqi meriwayatkan hadits dari Jabir ra katanya:
" Pernah Rasulullah ï·ºberpakaian yang bercorak merah pada dua hari raya dan pada hari Jumat. "


Al - Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas r. a. vida berkata:
“ Pernah Nabi ï·ºkeluar dengan kepala yang dibalut sehelai kain yang berwarna kelabu. “

Imam Bukhari meriwayatkan hadis dari Anas ra, beliau pernah melihat:
“ Nabi ï·ºmenutup kepalanya dengan kain biasa yang bercorak - corak warnanya. “

Dari beberapa hadis serta riwayat di atas bahwa warna yang paling disukai oleh Rasulullah adalah warna hijau lalu putih. Itulah yang sanggup kita ikuti dari Rasul dalam hal warna berpakaian. 

Minggu, 17 April 2016

Sungguh Aneh, Kalung Yang Sangat Berharga Itupun Bisa Kembali Lagi Kepada Pemiliknya Setelah Dijual


Pada suatu ketika, usai shalat berjamaah, Rasulullah ï·º ullah ï·º didatangi seorang laki-laki tua yang miskin. Dia terlihat lemah tak berdaya menopang tubuhnya karena lapar.  Saat itu beliau sedang  duduk dengan para sahabatnya.  

" Wahai Rasulullah, aku ini kelaparan, berilah aku makan, aku juga tidak punya pakaian, berilah aku pakaian. Dan saat ini aku miskin sekali beri aku kecukupan "  pinta laki-laki tua itu kepada Rasulullah ï·º  .

Rasulullah ï·º  tak pernah menolak permintaan permohonan orang yang meminta pertolongan. Namun saat itu beliau sedang tidak memiliki sesuatu  yang dapat diberikan kepada laki-laki tersebut.

  "Aku tak punya apapun untukmu, akan tetapi orang yang memberi petunjuk kepada kebaikan ganjarannya sama dengan orang yang melakukannya, pergilah ke rumah Fatimah, mudah-mudahan  kau akan mendapatkan apa yang menjadi keperluanmu, hai Bilal, tolong antarkan ia ke rumah Fatimah", kata Rasul .

Berangkatlah mereka ke rumah putri Rasulullah ï·º  yang mulia itu, Fatimah.  Setibanya di depan rumah Fatimah, ia menyeru,  “assalamu`alaikum, wahai keluarga Nabi, keluarga dimana Jibril as menurunkan alqur`an dari Rab semesta alam ".

Setelah menjawab salam, Fatimah bertanya : " Siapakah bapak, dan gerangan apa yang  menjadi hajatnya? "  
Laki-laki itu kemudian menjelaskan bahwa ia telah bertemu Nabi  ï·º , pemimpin umat manusia, dan diperintahkan untuk menemui Fatimah untuk membantu  memenuhi keperluannya itu.

Saat itu, Rasulullah ï·º beserta Keluarga beliau juga sedang mengalami kesulitan yang sama. Sudah  tiga hari mereka belum makan.  Fatimahpun tak memiliki uang dan makanan ataupun pakaian untuk diberikan kepada laki-laki itu. Maka Fatimah pun mengambil kulit domba yang biasa dipakai tidur oleh Hasan dan Husain dan memberikannya kepada laki-laki tua itu.
Orang tua itu kemudian berkata : " Wahai putri Nabi, aku mengadukan keadaanku yang serba kekurangan ini, tapi engkau hanya memberi kulit domba ini ? Apa yang bisa aku perbuat dengan kulit ini? ".


Ilustrasi Fatimah Yang Telah Berinfaq Dengan Kalung Yang Sangat Berharga Baginya
Ilustrasi Fatimah Yang Telah Berinfaq Dengan Kalung Yang Sangat Berharga Baginya


Sedih hati Fatimah melihat kondisi laki-laki tua itu, kemudian Fatimah mengambil kalung yang dikenakannya dan merupakan peninggalan ibundanya tercinta Khadijah, hanya itulah miliknya yang paling berharga, dan diserahkanya kalung tersebut.
" Ambillah ini dan juallah. Semoga Allah memberimu sesuatu yang lebih baik ", kata Fatimah dengan tulusnya.

Laki-laki  itupun menerima kalung Fatimah dengan rasa gembira lalu pergi ke masjid untuk menjumpai Rasulullah. Sesampainya di masjid ia berkata kepada Rasulullah, " Ya Rasulullah, Fatimah putrimu telah memberikan kalung ini agar ia bisa mendapatkan sesuatu yang lebih baik ".

Rasulullahpun menangis.   Beliau teringat akan almarhum istrinya Khadijah, kalung itu benar-benar harta berharga satu-satunya kepunyaan Fatimah.
Melihat hal itu, Ammar bin Yasir pun berdiri seraya berkata : "Ya Rasulullah apakah anda mengizinkanku untuk membeli kalung itu? ". Rasulullahpun mengijinkan Ammar bin Yasir untuk membeli kalung tersebut.  ”Berapa harga kalung itu wahai saudaraku?” , tanya  Amar bin Yasir.

”Seharga sebuah roti dan daging untuk menghilangkan rasa laparku, ditambah selembar kain untuk menutupi auratku agar aku dapat shalat menghadap Alloh dan uang satu dinar untuk pulang ke keluargaku”, jawab laki-laki tua itu.

Kemudian Ammar bin Yasir menjual bagian harta rampasan perang yang didapatkannya dari Rasulullah, hingga tidak ada yang tersisa sedikitpun.  Amar bin Yasir berkata pada laki-laki itu, "Anda saya beri uang 20 dinar 200 dirham, sehelai kain, juga kendaraanku untuk mengantarkanmu sampai ke rumahmu, sejumlah roti dan daging yang akan menghilangkan rasa laparmu”.
 “Sungguh mulia dan pemurahnya tuan ini. Semoga Allah memberkahi dan merahmati anda wahai tuan yang mulia”, jawab laki-laki tua tersebut.

Sejurus kemudian Ammar bin Yasir mengajak orang itu ke rumahnya lalu ia memberikan semua yang ia janjikan kepada laki-laki itu. Orang itu kemudian menjumpai Nabi ï·º , kemudian berkata : ”Aku sudah kenyang Ya Rasulullah, bahkan demi Allah, saat ini aku telah menjadi orang yang kaya”.

Rasulullah ï·º pun bersabda, ”Jika demikian, balaslah Fatimah atas perbuatannya itu”.

Orang itupun berdoa,  ” Ya Allah, sesungguhnya Engkau adalah Tuhan, kami tidak menyembah melainkan hanya pada-Mu. Ya Allah berilah kepada Fatimah hal-hal yang tidak pernah terlihat oleh mata, dan tidak pernah terdengar oleh telinga dan tidak pernah terbayang oleh hati manusia”.

Rasulullah ï·º mengamini doa orang itu lalu menjumpai para sahabat seraya berkata : "Sesungguhnya Allah telah memberikan hal itu kepada Fatimah di dunia, demikian itu karena aku adalah ayahnya, tidak ada seorangpun yang semisal denganku, Ali adalah suaminya, tidak ada orang yang sebanding dengannya, Allah juga memberinya Hasan dan Husain tidak ada manusia yang semisal dengan keduanya di alam ini keduanya adalah pemimpin pemuda surga”.

Diantara sahabat mulia yang hadir saat itu adalah Miqdad ibn Amr, Ammar bin Yasir, dan Salman radhiyallahu anhum, Rasulullah ï·º  bertanya : ”Maukah aku tambah lagi?” “Mau Ya Rasulullah”, Jawab mereka singkat.

Rasulullah bersabda, ”Baru saja malaikat Jibril datang padaku dan berkata : ”Jika Fatimah telah dipanggil oleh Allah dan saat di kuburnya akan ditanya, siapa Tuhanmu? Maka ia menjawab : Tuhanku adalah Allah, kemudian ditanya: Siapakah Nabimu? Maka ia akan menjawab : Nabiku adalah ayahku. Siapa yang berziarah kepadaku setelah wafatku seolah dia mengunjungiku pada saat hidupku dan siapa yang berziarah kepada Fatimah, seakan ia berziarah kepadaku”.

Ammar bin Yasir pulang ke rumahnya untuk mengambil kalung yang ia beli dari laki-laki tua dan membungkusnya dengan kain Yaman.  Kemudian ia panggil Sahmun budaknya yang baru ia beli dari hasil ghanimah yang didapatkannya saat perang khaibar.  Kalung itu diserahkan kepada Sahmun sambil berkata , ”Berikan ini kepada Rasulullah dan engkau sendiri aku berikan untuk beliau”.

Budak itupun mengambil bungkusan kalung itu dan membawanya kepada Rasulullah ï·º.  Kemudian ia menyampaikan kepada Rasulullah tentang apa yang dikatakan Ammar bin Yasir. Rasulullah ï·º berkata, "Pergilah kamu kepada Fatimah, berikan kalung itu kepadanya dan engkau kini menjadi miliknya”.

Sahmun menyampaikan apa yang dikatakan Rasulullah ï·º kepada Fatimah, Fatimah lalu menerima kalung itu, kemudian ia juga membebaskan Sahmun dari statusnya sebagai budak.

Melihat situasi demikian Sahmun pun tertawa.

Fatimah bertanya, ” Apa yang menyebabkan kamu tertawa?”  

Sahmunpun menjawab,  "Betapa besarnya keberkahan pada kalung ini, inilah yang membuatku tertawa. Kalung ini telah mengenyangkan orang yang lapar, memberi pakaian orang yang telanjang, menjadikan kaya orang yang miskin dan memerdekakan seorang budak, lalu ia telah kembali kepada pemiliknya semula”.

Demi mendengar hal itu Fatimahpun tersenyum bahagia.




Sumber : Tulisan Blog Sangperindubidadari.




Rabu, 13 April 2016

Ritual Sembelih Hewan Ketika Pindah Rumah, Apakah Ini Diajarkan Dalam Islam?


Segala puji bagi Allah, Rabb pemberi segala nikmat. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad ï·º, keluarga dan sahabatnya serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga akhir zaman.


Benarkah Menyembelih Hewan Ketika Pindah Rumah Agar Rumah Tidak Ditempati Jin?

Banyak masyarakat berpendapat, bahwa bila menempati rumah baru atau pindahan rumah harus menyembelih kambing atau hewan lainnya. Hal itu diperuntukkan agar rumah tidak ditempati jin. Apakah pendapat seperti itu dibenarkan dalam islam?

Jawab:
Anggapan orang terhadap penghuni dunia ini yang berupa makhluk yang tidak terlihat oleh mata yaitu jin berbeda-beda. Ada yang sangat berlebih-lebihan dalam kepercayaannya dan ada yang sama sekali tidak memercayainya.

Orang yang sangat percaya dan berlebih-lebihan mengaitkan segala persoalan yang terkecil sampai yang terbesar dengan makhluk halus tersebut. Seolah-olah jin dan setan ada di atas kepalanya, di tengah pintu, jendela dan kamar-kamar rumahnya,
baik siang atau malam, seakan-akan makhluk halus itulah yang menguasai dan mengatur dunia ini.

Yang seperti ini bertentangan dengan ajaran Islam. Islam adalah agama pertengahan. Islam datang dan menetapkan adanya makhluk jin dan alam kehidupan mereka dan kemampuan manusia untuk menghadirkan mereka, yang semuanya tercatat dalam berita dari abad ke abad, sampai sekarang. Sebenarnya orang yang mengatakan dapat mendatangkan ruh-ruh bukan ruh yang didatangkannya, tetapi jin.

Menyembelih Hewan Untuk Mengusir Jin Tidak Diajarkan Dalam Islam


Anggapan bahwa jin memiliki kekuasaan di dunia sampai penghunian rumah baru, yang bila tidak menyembelih hewan kurban pasti akan mengganggu, keyakinan seperti itu tidak pernah ada dalam ajaran Islam. Mengenai sesuatu yang gaib, bila tidak ada petunjuk dari Nabi, kita tidak perlu meyakininya.

Menyembelih kurban memang ada dalam ajaran Islam, yaitu pada hari-hari yang telah ditentukan, misalnya Hari Raya Idul Adha atau ketika mengakikah (menyembelih kurban sepekan setelah bayi dilahirkan).


Sumber:

Sya’rawi, Muhammad Mutawai.  Anda Bertanya Islam Menjawab. Diterjemahkan Oleh: Abu Abdillah Almansyur. Jakarta. Gema Insani